Oleh: Ahmad Saribi Adi Putra
Selamat datang pejuang muda.
Selamat datang pembaharu peradaban.
Sontak hati bergetar membaca kalimat ini. Kalimat ini dituliskan dengan
penuh keyakinan di kertas OKK UI 2011. Sebuah kalimat yang sarat makna dan
bingung bagaimana harus menyikapinya, harus yakinkah? Ditengah kebimbangan hati
yang tak dapat dihindari dan tak pelak terus menggelayuti pikiran ini.
Bagaimana tidak, di era globalisasi seperti saat ini? Ditengah fakta buruk yang
terjadi? Dan ditengah kurangnya sosok panutan bagi pemuda-pemudi pertiwi?
Akankah bisa? Dan pantaskah amanah Negara ini kami (pemuda red) terima?
Pemuda,
di pundak engkaulah amanah Negara dibebankan. Di pundak engkau jualah cita-cita dan harapan bangsa
diberikan. Pemuda menjadi tumpuan bagi masa depan bangsa. Pemuda yang baik
sudah barang tentu akan memberikan dampak yang baik pula bagi bangsanya dan
menjadi penentu keberlangsungan serta eksistensi bangsanya di masa mendatang.
Tetapi baik belum tentu benar. Di zaman globalisasi seperti saat ini, banyak
terdapat orang baik tapi tak berakal. Banyak orang berakal tapi tak beriman.
Ada orang yang berlisan bijak tapi tak memberi teladan. Ada orang yang berilmu
tapi tak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi
membodohi, ada yang bodoh tapi tak tahu diri. Ada yang beragama tapi tapi tak
berakhlak namun ada juga yang berakhlak tapi tak bertuhan. Semua tercermin pada
problematika remaja di era saat ini.
Ini merupakan era modern, era yang penuh dengan teknologi canggih luar biasa (extraordinary technology). Memudahkan
semua orang untuk melakukan berbagai aktifitas, interaksi, antar sekolah,
daerah, atau bahkan antar negara sekalipun akan sangat mudah untuk
menjangkaunya. Informasi pun mudah didapat, tidak perlu menunggu jam tayang
berita di televisi, cukup dengan duduk manis di depan komputer, mengklik
informasi apa saja ingin kita ketahui. Masih banyak lagi kecanggihan yang ada
pada era ini, semuanya memudahkan kita dalam melaksanakan kegiatan. Inilah
era modern ibarat doraemon dengan kantong ajaibnya.
Perkembangan iptek yang begitu cepat saat ini berdampak positif terhadap bangsa
ini, termasuk para kawula muda, khususnya yang masih mengenyam dunia pendidikan
lembaga formal, seperti sekolah ataupun kampus. Pembelajaran yang akan
disampaikan guru atau dosen dapat kita cari dengan mudah, tidak perlu membawa
buku yang terkadang tebal juga berat. Dengan teknologi yang ada informasi
begitu cepat disampaikan, dengan bantuan media-media milenium yang berkapasitas
jempolan inilah informasi akan sangat mudah disebarkan.
Namun, dengan perkembangan teknologi ini juga sebagai awal perusak identitas
bangsa yang makin menenggelamkan bangsa. Bangsa kita telah menasbihkan diri
sebagai bangsa timur. Itu dulu. Dulu tak sama dengan yang terjadi pada masa
sekarang. Disadari atau tidak, sesungguhnya bangsa kita telah menasbihkan diri
sebagai bangsa berwajah timur nan sopan dan menarik perhatian, namun
berperialku ala barat yang terkadang memalukan dan merusak citra ketimuran yang
selama ini diperjuangkan. Berbagai kerusakan terus saja terjadi di bumi pertiwi
ini, dan pemudalah yang menjadi mangsa terempuk sang raja modern globalisasi
ini.
Di
lain sisi, peningkatan keegoisan para pemuda makin tinggi, permasalahan pemuda
makin hari makin bertambah, dan disetiap tahunnya terus meningkat. Masih segar
di ingatan kita, bagaimana aksi para mahasiswa yang katanya komunitas para
intelektual mengamuk dengan memblokir jalan di Makasar. Bayangkan jika orang
yang sedang memiliki kepentingan mendesak terperangkap dalam situasi tersebut,
misalnya keluarga yang sedang membawa anaknya yang sedang sakit yang seharusnya
cepat ditangani oleh tim medis. Tindakan pemblokiran ini bisa memperparah
kondisi anak atau bahkan dapat merenggut nyawa seseorang bila keadaannya telah
kritis. Belum lagi kepentingan masyarakat yang tentunya dari berbagai macam
golongan yang pasti akan sangat terhambat.
Di lain tempat terjadi pula tawuran antar mahasisiwa yang mengakibatkan
pengrusakan fasilitas kampus, atau para pelajar setingkat SMA yang membuat
keributan sehingga meresahkan masyarakat, merusak fasilitas umum, hingga
terjadinya korban yang tewas dengan sia-sia.
Belum lagi kasus perkelahian, kebut-kebutan, mencuri, hubungan seks pra-nikah,
berjudi, mabuk-mabukan, pemerkosaan, hingga pembunuhan pun pernah terjadi
dengan frekuensi yang semakin memilukan.
Akibat yang ditimbulkan pun meluas, mulai dari keluarga atau lebih spesifik
kepada orang tua yang merasa menjadi pihak yang paling tertunduk malu akibat
perbuatan sang anak, terlebih jika anak memiliki masalah yang besar. Kerugian
materil ataupun ketidaknyamanan akan selalu menghantui mereka, walaupun mereka
bukanlah pemeran utama dalam cerita ini. Kedua adalah rusaknya fasilitas umum
yang menjadi korban bisu aksi para penantang maut yang berhati batu.
Selanjutnya pemerintahlah atau secara luas adalah bangsa ini akan merugi karena
telah melahirkan generasi yang tak mempunyai pemikiran terhadap nasib serta
martabat negara ini. Sungguh kejamnya kehidupan generasi muda di era ini, jauh
berbeda akan norma dan nilai serta identitas bangsa ini sendiri. Keperhatinan
yang sungguh luar biasa mengingat persaingan bangsa ke depan akan semakin ketat
dan berat, tapi sekarang justu kader masa depanlah yang menjadi pengrusak
bangsa. Bagaimana nanti jika tiba saatnya mereka memimpin barisan dengan panji
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keraguan lebih condong daripada keyakinan
yang hampir setiap orang merasakannya saat ini.
Aku sejenak berpikir dengan keaadan pemuda negaraku yang katanya adalah para
generasi penerus bangsa, tulang punggung negara, generasi harapan untuk menuju
“Indonesia Emas”. Apakah ini calon pemimpin-pemimpin negara yang akan mengemban
amanah rakyat di masa mendatang? Pantaskah? Pantaskah?. Sejenak batinku
bergetar, ingin rasanya menyeruh kata bangkit kepada generasi sebayaku yang
telah terlanjur jatuh dalam kelamnya perilaku yang mengkhawatirkan bangsa.
Sejenak aku juga teringat akan prestasi rekan-rekanku yang berhasil bersaing di
kancah internasional. Tapi jumlah mereka yang berprestasi itu jauh lebih
sedikit dibanding rekan-rekanku yang terjerat akan pedihnya gejolak dunia
pemuda.
Pertanyaannya
sampai kapan kita harus menunggu akan perubahan sikap dan kepedulian para
pemuda kita?. Pertanyaan yang sulit untuk diterka oleh siapapun karena memang
persoalan ini terlalu kompleks dan terlampau jauh dari kestabilan yang
diharapakan.
Untuk itu marilah kita simak sebuah kata pribahasa yang juga selaras dengan
hukum alam yaitu, “ada asap pasti ada api”. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa
kebobrokan pemuda bangsa ini pasti mempunyai sebab musabab yang menimbulkan
keresahan para kalangan pengamat serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Wajar
jika hampir semua elemen merasa resah akan kondisi seperti ini. Karena memang
pemuda saat ini adalah pemimpin dimasa mendatang.
Kembali
kepada pribahasa tadi, mungkin dapat kita telaah sacara seksama penyebab dari keadaan
pemuda bangsa kita saat ini. Pertama adalah faktor dari dalam pemuda itu
sendiri, maksudnya adalah bagaimana caranya agar para pemuda kita dapat kembali
mengontrol emosi yang labil, lebih berpikir bijak dan dapat mengendalikan
dirinya dari perilaku yang dapat mengkhawatirkan orang tua atau secara umum
masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu marilah kita telusuri sebab-sebab yang
dapat mempengaruhi secara negatif perilaku pemuda, mulai dari usia dini hingga
akhirnya terlahir menjadi seorang pemuda.
Orang tua, sering lupa
bahwa perilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas
dari contek-menyontek perilaku yang pernah ada sebelumnya, terlebih perilaku
orang tua. Atau yang sering kita dengar adalah kata-kata bahwa “buah tidak akan
jauh jatuh dari pohonnya”. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku
yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Sikap
orang tua yang acuh terhadapa anaknya berakibat negatif dan mengarah
kepada kenakalan yang membiasa. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi
baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani generasi
atau maksudnya adalah para kalangan anak ingin menghimbau jangan ajari kami
selingkuh, jangan ajari kami berkata jorok, tidak jujur, malas belajar, malas
beribadah, terlalu mencintai harta belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta,
yaitu Allah SWT.
Kepada para orang tua
harus dapat merenungi bahwa kenakalan tak selalu identik dengan remaja, tapi
justru banyak kenakalan yang dilakukan oleh para orangtua yang akhirnya juga
menjadi inspirasi remaja untuk berbuat nakal. Menyedihkan memang!.
Dapat kita uraikan
bagaimana kenakalan orang tua di kalangan keluarga seperti bersikap kasar dan
kekerasan yang kerap terjadi, atau seperti kalimat di atas yaitu bersikap acuh
terhadap sang anak sehingga menimbulkan psikologi anak menuju kearah negatif
yang nantinya akan berakibat buruk bagi anak ataupun orang tua.
Selanjutnya adalah
lingkungan yang perlu kita soroti, seperti banyaknya masyarakat yang berpoya-poya,
atau mabuk-mabukan, menyediakan sarana kemaksiatan, misalnya, jadi bandar
narkoba, jadi bandar judi, menyediakan tempat hiburan (diskotik). Bayangkan
saja begitu banyaknya tempat hiburan malam di negeri ini, sampai lokalisasi
terbesar se Asia Tenggara pun ada di negeri ini.
Pendidik yang lalai,
ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal lembaga pendidikan
adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pengetahuan atau belajar, tapi
kenyataannya banyak pendidik yang memberikan contoh yang tidak baik terhadap
anak didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya
secara fisik, menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa
pendidikan yang mencuat seperti pendidik yang hanya mementingkan materil daripada
kewajibannya yang seharusnya menjadi tanggung jawab para pendidik.
Selanjutnya perlu juga
kita garis bawahi peran media, baik cetak maupun elektronik: koran, majalah,
tabloid, radio, televisi, dan juga internet yang menampilkan bacaan, gambar dan
tontonan yang merusak akhlak seperti pornografi, kekerasan, dan seks bebas yang
mengganggu kejiwaan anak. Para pemilik media
pun berdalih atas nama bisnis.
Sehingga
lingkungan seperti ini dapat menyebabakan kendali anak sulit untuk
mengembangkan jiwanya. Hingga akhirnya terkena dampak negatif dan tumbuh
sebagai pemuda sampah yang hanya membuat masalah bangsa yang telah dilanda
banyak konflik ini.
Faktor lain yang
membuat pemuda menjadi ibarat sampah adalah pemerintah yang suka korupsi,
mengambil kebijakan menaikkan biaya pendidikan tapi tak sesuai fasilitas yang
didapatkan para pelajar, mahalnya biaya kesehatan, suka membuat janji-janji
tapi lalu melupakannya, suka melakukan pungli atau suap menyuap, suka
melanggengkan kemaksiatan, memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi,
perjudian, tempat diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar
pemasukannya. Serta menutup mata terhadap masalah yang diakibatkan usaha
prostitusi, perjudian, narkoba, peredaran minuman keras, diskotik, dll.
Lebih
mementingkan materil daripada kerakyatan yang membuat pemuda muak akan situasi
yang tak kunjung membaik ini. hingga akhirnya terjadi peristiwa pengepungan
gedung DPR atau pengrusakan kantor pemerintahan di berbagai wilayah di Indonesia
sebagai bukti kekecewaan yang membludak.
Memang tidak sepenuhnya
kesalahan pemuda tapi banyak faktor yang mempengaruhi. Akibat dari tindakan di
atas, maka terjadinya degradasi moral, degradasi rasa cinta tanah air, rasa
percaya diri, dan masih banyak lagi berbagai macam degradasi yang dialami pemuda
saat ini.
Kejadian kejadian
seperti saat ini bila kita telusuri pelakunya adalah para pemuda atau remaja
yang tidak mempunyai pekerjaan atau kesibukan yang positif sehingga memberikan
kesempatan otaknya untuk berpikir negatif. Tetapi ada pula yang disebabakan
atas dasar kekecewaan terhadap pemerintahan yang condong tak prorakyat,
banyaknya penyelewengan wewenanang yang dilakukan aparat pemerintahan menjadi
salah satu faktor penyebab pemuda menjadi beringas. Tapi terlepas dari berbagai
faktor yang menyebabakan keaadan pemuda bangsa ini, dikemudain hari pemuda
inilah yang akan menjadi pemimpin, yang akan membawa bangsa ini dibarisan
terdepan.
Pantaskah pemuda saat
ini menjadi orang terdepan yang akan membawa bangsa ini?. jawabanya adalah
masih ada waktu untuk memeperbaiki keadaan, masih ada harapan, masih ada celah
yang dapat dimanfaatkan untuk membangun kembali keadaan yang stabil atau bahkan
dapat membawa perubahan yang berkelanjutan hingga akhirnya kelak pemuda bangsa
ini dapat diandalkan sebagai orang terdepan yang menggerakkan harkat dan
martabat bangsa ini.
Bagaimana caranya?
Perbaikan diseluruh elemen harus diterapkan sesegera mungkin, agar kepercayaan
pemuda kembali terangkat. Mulai dari orang tua ataupun anggota keluarga,
lingkungan, pendidikan di sekolah atau kampus, serta kebijakan dan sikap
pemerintah.
Pertama yaitu orang tua
atau anggota kelurarga, bersikap lebih baik, menasihati anak jika terjadi
kesalahan (bukan dengan kekerasan), berlandas kepada agama dalam mendidik,
serta terlebih dahulu memberikan contoh terhadap anak, maka sang anak pun akan
mendapatkan pendidikan moral yang dapat menjadi modal dikala ia akan beranjak
dewasa dan pada akhirnya dapat diandakan dimasa mendatang.
Kedua adalah lingkungan
sekitar para anak ataupun remaja dan pemuda harus lebih disterilkan dari
pengaruh negatif seperti diskotik, lokalisasi yang dapat kita usulkan kepada
pemerintah agar lebih selektif dalam pembuatan prostitusi. Perundingan
dapat dilakukan mulai dari kepala desa di masing-masing desa, lalu selanjutnya
merambah ke tingkat yang lebih tinggi, hingga tingkat nasional yang mempunyai
wewenang serta kedudukan dalam menetapkan kebijakan.
Ketiga yaitu pendidikan
di sekolah dan kampus, para pendidik haruslah lebih mengedepankan kewajiban
daripada materil walaupun mutlak seluruh elemen membutuhkan yang namanya
materil. Jauhkan dari tindak kekerasan dalam mendidik, berikan pembelajaran
yang baik, ajaklah atau seruhkan kepada pelajar untuk meningkatkan kedisiplinan
dalam belajar maupun dalam segala macam tindak perilaku, ciptakan suasana rasa
mencintai sekolah, kampus, serta rasa cinta dan bangga terhadap tanah air.
Berikan motivasi yang mendalam dan secara berkelanjutan, serta berikan contoh
yang baik terhadap para penuntut ilmu maka insyaAllah akan terlihat perubahan
yang kita inginkan.
Keempat yaitu titik
yang paling sentral untuk melakukan perubahan yaitu pemerintah itu sendiri.
Karena memang kekuasaan dan kebijakan berada di tangan mereka. Pemerintah
haruslah ingat kepada tugas mereka, tidak hanya asal janji lalu melupakannya,
tidaklah menyelewengkan kekuasaan seperti KKN yang kerap terjadi di negeri ini.
Kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan demi peningkatan mutu para generasi
penerus bangsa. Pelaksanaan prostitusi atau lokalisasi dan diskotik harus lebih
diperketat atau bahkan ditutup sekaligus agar keburukan yang ditimbul dari
tempat tersebut lambat laun akan melenyap.
Terakhir yang perlu dicatat yaitu adalah
keinginan untuk bangkit para pemuda, timbulkan jiwa cinta tanah air, berikan
yang terbaik bagi bangsa yang telah membesarkanmu. Berperilakulah yang
membanggakan, berprestasilah setinggi-tingginya, patuh terhadap instruksi hati
kecilmu, orang tua, peraturan perundangan, serta agama. Tunjukkan bila pemuda
saat ini adalah pemuda yang dapat diandalkan, tahan banting akan gelombang
modern globalisasi yang saat ini telah membanjiri dunia termasuk Indonesia. Bagi
para pemuda yang saat ini menganggur, isilah waktumu dengan kegiatan, atau
pikirkanlah apa yang sebaiknya anda lakukan, sehingga pada saatnya nanti dapat
membanggakan orang tua, keluarga, bangsa, dan negara.
Semoga kepada seluruh
elemen termasuk pemuda dapat bersikap seperti yang diharapkan, hingga akhirnya
bangsa ini dapat tentram dan tenang akan masa depannya karena memiliki pemuda
yang ideal sebagai kader pemimpin di masa mendatang.
Dan jika pada akhirnya
ada pertanyaan, pantaskah amanah Negara
ini kau terima wahai pemuda? maka dengan serempak kita dapat menjawab,
PANTAS !!!.
Selamat Berjuang !!!