Senin, 23 Januari 2012

PEMUDA: PANTASKAH AMANAH NEGARA KAU TERIMA?

0 komentar

Oleh: Ahmad Saribi Adi Putra

Selamat datang pejuang muda.
Selamat datang pembaharu peradaban.
Sontak hati bergetar membaca kalimat ini. Kalimat ini dituliskan dengan penuh keyakinan di kertas OKK UI 2011. Sebuah kalimat yang sarat makna dan bingung bagaimana harus menyikapinya, harus yakinkah? Ditengah kebimbangan hati yang tak dapat dihindari dan tak pelak terus menggelayuti pikiran ini. Bagaimana tidak, di era globalisasi seperti saat ini? Ditengah fakta buruk yang terjadi? Dan ditengah kurangnya sosok panutan bagi pemuda-pemudi pertiwi? Akankah bisa? Dan pantaskah amanah Negara ini kami (pemuda red) terima?
            Pemuda, di pundak engkaulah amanah Negara dibebankan. Di pundak engkau  jualah cita-cita dan harapan bangsa diberikan. Pemuda menjadi tumpuan bagi masa depan bangsa. Pemuda yang baik sudah barang tentu akan memberikan dampak yang baik pula bagi bangsanya dan menjadi penentu keberlangsungan serta eksistensi bangsanya di masa mendatang. Tetapi baik belum tentu benar. Di zaman globalisasi seperti saat ini, banyak terdapat orang baik tapi tak berakal. Banyak orang berakal tapi tak beriman. Ada orang yang berlisan bijak tapi tak memberi teladan. Ada orang yang berilmu tapi tak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi membodohi, ada yang bodoh tapi tak tahu diri. Ada yang beragama tapi tapi tak berakhlak namun ada juga yang berakhlak tapi tak bertuhan. Semua tercermin pada problematika remaja di era saat ini.
                Ini merupakan era modern, era yang penuh dengan teknologi canggih luar biasa (extraordinary technology). Memudahkan semua orang untuk melakukan berbagai aktifitas, interaksi, antar sekolah, daerah, atau bahkan antar negara sekalipun akan sangat mudah untuk menjangkaunya. Informasi pun mudah didapat, tidak perlu menunggu jam tayang berita di televisi, cukup dengan duduk manis di depan komputer, mengklik informasi apa saja ingin kita ketahui. Masih banyak lagi kecanggihan yang ada pada era ini, semuanya memudahkan kita dalam melaksanakan kegiatan.  Inilah era modern ibarat doraemon dengan kantong ajaibnya.
            Perkembangan iptek yang begitu cepat saat ini berdampak positif terhadap bangsa ini, termasuk para kawula muda, khususnya yang masih mengenyam dunia pendidikan lembaga formal, seperti sekolah ataupun kampus. Pembelajaran yang akan disampaikan guru atau dosen dapat kita cari dengan mudah, tidak perlu membawa buku yang terkadang tebal juga berat. Dengan teknologi yang ada informasi begitu cepat disampaikan, dengan bantuan media-media milenium yang berkapasitas jempolan inilah informasi akan sangat mudah disebarkan.
            Namun, dengan perkembangan teknologi ini juga sebagai awal perusak identitas bangsa yang makin menenggelamkan bangsa. Bangsa kita telah menasbihkan diri sebagai bangsa timur. Itu dulu. Dulu tak sama dengan yang terjadi pada masa sekarang. Disadari atau tidak, sesungguhnya bangsa kita telah menasbihkan diri sebagai bangsa berwajah timur nan sopan dan menarik perhatian, namun berperialku ala barat yang terkadang memalukan dan merusak citra ketimuran yang selama ini diperjuangkan. Berbagai kerusakan terus saja terjadi di bumi pertiwi ini, dan pemudalah yang menjadi mangsa terempuk sang raja modern globalisasi ini.
           Di lain sisi, peningkatan keegoisan para pemuda makin tinggi, permasalahan pemuda makin hari makin bertambah, dan disetiap tahunnya terus meningkat. Masih segar di ingatan kita, bagaimana aksi para mahasiswa yang katanya komunitas para intelektual mengamuk dengan memblokir jalan di Makasar. Bayangkan jika orang yang sedang memiliki kepentingan mendesak terperangkap dalam situasi tersebut, misalnya keluarga yang sedang membawa anaknya yang sedang sakit yang seharusnya cepat ditangani oleh tim medis. Tindakan pemblokiran ini bisa memperparah kondisi anak atau bahkan dapat merenggut nyawa seseorang bila keadaannya telah kritis. Belum lagi kepentingan masyarakat yang tentunya dari berbagai macam golongan yang pasti akan sangat terhambat.
            Di lain tempat terjadi pula tawuran antar mahasisiwa yang mengakibatkan pengrusakan fasilitas kampus, atau para pelajar setingkat SMA yang membuat keributan sehingga meresahkan masyarakat, merusak fasilitas umum, hingga terjadinya korban yang tewas dengan sia-sia.
            Belum lagi kasus perkelahian, kebut-kebutan, mencuri, hubungan seks pra-nikah, berjudi, mabuk-mabukan, pemerkosaan, hingga pembunuhan pun pernah terjadi dengan frekuensi yang semakin memilukan.
            Akibat yang ditimbulkan pun meluas, mulai dari keluarga atau lebih spesifik kepada orang tua yang merasa menjadi pihak yang paling tertunduk malu akibat perbuatan sang anak, terlebih jika anak memiliki masalah yang besar. Kerugian materil ataupun ketidaknyamanan akan selalu menghantui mereka, walaupun mereka bukanlah pemeran utama dalam cerita ini. Kedua adalah rusaknya fasilitas umum yang  menjadi korban bisu aksi para penantang maut yang berhati batu. Selanjutnya pemerintahlah atau secara luas adalah bangsa ini akan merugi karena telah melahirkan generasi yang tak mempunyai pemikiran terhadap nasib serta martabat negara ini. Sungguh kejamnya kehidupan generasi muda di era ini, jauh berbeda akan norma dan nilai serta identitas bangsa ini sendiri. Keperhatinan yang sungguh luar biasa mengingat persaingan bangsa ke depan akan semakin ketat dan berat, tapi sekarang justu kader masa depanlah yang menjadi pengrusak bangsa. Bagaimana nanti jika tiba saatnya mereka memimpin barisan dengan panji Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keraguan lebih condong daripada keyakinan yang hampir setiap orang merasakannya saat ini.   
            Aku sejenak berpikir dengan keaadan pemuda negaraku yang katanya adalah para generasi penerus bangsa, tulang punggung negara, generasi harapan untuk menuju “Indonesia Emas”. Apakah ini calon pemimpin-pemimpin negara yang akan mengemban amanah rakyat di masa mendatang? Pantaskah? Pantaskah?. Sejenak batinku bergetar, ingin rasanya menyeruh kata bangkit kepada generasi sebayaku yang telah terlanjur jatuh dalam kelamnya perilaku yang mengkhawatirkan bangsa. Sejenak aku juga teringat akan prestasi rekan-rekanku yang berhasil bersaing di kancah internasional. Tapi jumlah mereka yang berprestasi itu jauh lebih sedikit dibanding rekan-rekanku yang terjerat akan pedihnya gejolak dunia pemuda.
         Pertanyaannya sampai kapan kita harus menunggu akan perubahan sikap dan kepedulian para pemuda kita?. Pertanyaan yang sulit untuk diterka oleh siapapun karena memang persoalan ini terlalu kompleks dan terlampau jauh dari kestabilan yang diharapakan. 
            Untuk itu marilah kita simak sebuah kata pribahasa yang juga selaras dengan hukum alam yaitu, “ada asap pasti ada api”. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebobrokan pemuda bangsa ini pasti mempunyai sebab musabab yang menimbulkan keresahan para kalangan pengamat serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Wajar jika hampir semua elemen merasa resah akan kondisi seperti ini. Karena memang pemuda saat ini adalah pemimpin dimasa mendatang.
           Kembali kepada pribahasa tadi, mungkin dapat kita telaah sacara seksama penyebab dari keadaan pemuda bangsa kita saat ini. Pertama adalah faktor dari dalam pemuda itu sendiri, maksudnya adalah bagaimana caranya agar para pemuda kita dapat kembali mengontrol emosi yang labil, lebih berpikir bijak dan dapat mengendalikan dirinya dari perilaku yang dapat mengkhawatirkan orang tua atau secara umum masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu marilah kita telusuri sebab-sebab yang dapat mempengaruhi secara negatif perilaku pemuda, mulai dari usia dini hingga akhirnya terlahir menjadi seorang pemuda.
Orang tua, sering lupa bahwa perilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas dari contek-menyontek perilaku yang pernah ada sebelumnya, terlebih perilaku orang tua. Atau yang sering kita dengar adalah kata-kata bahwa “buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya”. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Sikap orang tua yang acuh terhadapa anaknya  berakibat negatif dan mengarah kepada kenakalan yang membiasa. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani generasi atau maksudnya adalah para kalangan anak ingin menghimbau jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari kami berkata jorok, tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai harta belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.
Kepada para orang tua harus dapat merenungi bahwa kenakalan tak selalu identik dengan remaja, tapi justru banyak kenakalan yang dilakukan oleh para orangtua yang akhirnya juga menjadi inspirasi remaja untuk berbuat nakal. Menyedihkan memang!.
Dapat kita uraikan bagaimana kenakalan orang tua di kalangan keluarga seperti bersikap kasar dan kekerasan yang kerap terjadi, atau seperti kalimat di atas yaitu bersikap acuh terhadap sang anak sehingga menimbulkan psikologi anak menuju kearah negatif yang nantinya akan berakibat buruk bagi anak ataupun orang tua.
Selanjutnya adalah lingkungan yang perlu kita soroti, seperti banyaknya masyarakat yang berpoya-poya, atau mabuk-mabukan, menyediakan sarana kemaksiatan, misalnya, jadi bandar narkoba, jadi bandar judi, menyediakan tempat hiburan (diskotik). Bayangkan saja begitu banyaknya tempat hiburan malam di negeri ini, sampai lokalisasi terbesar se Asia Tenggara pun ada di negeri ini.
Pendidik yang lalai, ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal lembaga pendidikan adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pengetahuan atau belajar, tapi kenyataannya banyak pendidik yang memberikan contoh yang tidak baik terhadap anak didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya secara fisik, menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa pendidikan yang mencuat seperti pendidik yang hanya mementingkan materil daripada kewajibannya yang seharusnya menjadi tanggung jawab para pendidik.
Selanjutnya perlu juga kita garis bawahi peran media, baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet yang menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak seperti pornografi, kekerasan, dan seks bebas yang mengganggu kejiwaan anak. Para pemilik media pun berdalih atas nama bisnis.
 Sehingga lingkungan seperti ini dapat menyebabakan kendali anak sulit untuk mengembangkan jiwanya. Hingga akhirnya terkena dampak negatif dan tumbuh sebagai pemuda sampah yang hanya membuat masalah bangsa yang telah dilanda banyak konflik ini.
Faktor lain yang membuat pemuda menjadi ibarat sampah adalah pemerintah yang suka korupsi, mengambil kebijakan menaikkan biaya pendidikan tapi tak sesuai fasilitas yang didapatkan para pelajar, mahalnya biaya kesehatan, suka membuat janji-janji tapi lalu melupakannya, suka melakukan pungli atau suap menyuap, suka melanggengkan kemaksiatan, memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian, tempat diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya. Serta menutup mata terhadap masalah yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian, narkoba, peredaran minuman keras, diskotik, dll.
 Lebih mementingkan materil daripada kerakyatan yang membuat pemuda muak akan situasi yang tak kunjung membaik ini. hingga akhirnya terjadi peristiwa pengepungan gedung DPR atau pengrusakan kantor pemerintahan di berbagai wilayah di Indonesia sebagai bukti kekecewaan yang membludak.
Memang tidak sepenuhnya kesalahan pemuda tapi banyak faktor yang mempengaruhi. Akibat dari tindakan di atas, maka terjadinya degradasi moral, degradasi rasa cinta tanah air, rasa percaya diri, dan masih banyak lagi berbagai macam degradasi yang dialami pemuda saat ini.
Kejadian kejadian seperti saat ini bila kita telusuri pelakunya adalah para pemuda atau remaja yang tidak mempunyai pekerjaan atau kesibukan yang positif sehingga memberikan kesempatan otaknya untuk berpikir negatif. Tetapi ada pula yang disebabakan atas dasar kekecewaan terhadap pemerintahan yang condong tak prorakyat, banyaknya penyelewengan wewenanang yang dilakukan aparat pemerintahan menjadi salah satu faktor penyebab pemuda menjadi beringas. Tapi terlepas dari berbagai faktor yang menyebabakan keaadan pemuda bangsa ini, dikemudain hari pemuda inilah yang akan menjadi pemimpin, yang akan membawa bangsa ini dibarisan terdepan.
Pantaskah pemuda saat ini menjadi orang terdepan yang akan membawa bangsa ini?. jawabanya adalah masih ada waktu untuk memeperbaiki keadaan, masih ada harapan, masih ada celah yang dapat dimanfaatkan untuk membangun kembali keadaan yang stabil atau bahkan dapat membawa perubahan yang berkelanjutan hingga akhirnya kelak pemuda bangsa ini dapat diandalkan sebagai orang terdepan yang menggerakkan harkat dan martabat bangsa ini.
Bagaimana caranya? Perbaikan diseluruh elemen harus diterapkan sesegera mungkin, agar kepercayaan pemuda kembali terangkat. Mulai dari orang tua ataupun anggota keluarga, lingkungan, pendidikan di sekolah atau kampus, serta kebijakan dan sikap pemerintah.
Pertama yaitu orang tua atau anggota kelurarga, bersikap lebih baik, menasihati anak jika terjadi kesalahan (bukan dengan kekerasan), berlandas kepada agama dalam mendidik, serta terlebih dahulu memberikan contoh terhadap anak, maka sang anak pun akan mendapatkan pendidikan moral yang dapat menjadi modal dikala ia akan beranjak dewasa dan pada akhirnya dapat diandakan dimasa mendatang. 
Kedua adalah lingkungan sekitar para anak ataupun remaja dan pemuda harus lebih disterilkan dari pengaruh negatif seperti diskotik, lokalisasi yang dapat kita usulkan kepada pemerintah agar lebih selektif dalam pembuatan prostitusi.  Perundingan dapat dilakukan mulai dari kepala desa di masing-masing desa, lalu selanjutnya merambah ke tingkat yang lebih tinggi, hingga tingkat nasional yang mempunyai wewenang serta kedudukan dalam menetapkan kebijakan.
Ketiga yaitu pendidikan di sekolah dan kampus, para pendidik haruslah lebih mengedepankan kewajiban daripada materil walaupun mutlak seluruh elemen membutuhkan yang namanya materil. Jauhkan dari tindak kekerasan dalam mendidik, berikan pembelajaran yang baik, ajaklah atau seruhkan kepada pelajar untuk meningkatkan kedisiplinan dalam belajar maupun dalam segala macam tindak perilaku, ciptakan suasana rasa mencintai sekolah, kampus, serta rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Berikan motivasi yang mendalam dan secara berkelanjutan, serta berikan contoh yang baik terhadap para penuntut ilmu maka insyaAllah akan terlihat perubahan yang kita inginkan.
Keempat yaitu titik yang paling sentral untuk melakukan perubahan yaitu pemerintah itu sendiri. Karena memang kekuasaan dan kebijakan berada di tangan mereka. Pemerintah haruslah ingat kepada tugas mereka, tidak hanya asal janji lalu melupakannya, tidaklah menyelewengkan kekuasaan seperti KKN yang kerap terjadi di negeri ini. Kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan demi peningkatan mutu para generasi penerus bangsa. Pelaksanaan prostitusi atau lokalisasi dan diskotik harus lebih diperketat atau bahkan ditutup sekaligus agar keburukan yang ditimbul dari tempat tersebut lambat laun akan melenyap.
 Terakhir yang perlu dicatat yaitu adalah keinginan untuk bangkit para pemuda, timbulkan jiwa cinta tanah air, berikan yang terbaik bagi bangsa yang telah membesarkanmu. Berperilakulah yang membanggakan, berprestasilah setinggi-tingginya, patuh terhadap instruksi hati kecilmu, orang tua, peraturan perundangan, serta agama. Tunjukkan bila pemuda saat ini adalah pemuda yang dapat diandalkan, tahan banting akan gelombang modern globalisasi yang saat ini telah membanjiri dunia termasuk Indonesia. Bagi para pemuda yang saat ini menganggur, isilah waktumu dengan kegiatan, atau pikirkanlah apa yang sebaiknya anda lakukan, sehingga pada saatnya nanti dapat membanggakan orang tua, keluarga, bangsa, dan negara.
Semoga kepada seluruh elemen termasuk pemuda dapat bersikap seperti yang diharapkan, hingga akhirnya bangsa ini dapat tentram dan tenang akan masa depannya karena memiliki pemuda yang ideal sebagai kader pemimpin di masa mendatang.
Dan jika pada akhirnya ada pertanyaan, pantaskah amanah Negara ini kau terima wahai pemuda? maka dengan serempak kita dapat menjawab, PANTAS !!!.
Selamat Berjuang !!!

Leave a Reply

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
 
The Reformers © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here