Senin, 23 Januari 2012

Indonesiku Saat Ini

0 komentar

Oleh: Euis Ratna Sari

Merdeka merupakan mimpi kita semua sejak masa kolonial itu semakin membabi buta. Merdeka dari penindasan kaum Penjajah dan merdeka untuk menjadi negara yang bersatu. Cita – cita bangsa ini pun dikukuhkan dalam pembukaan UUD 1945 “ ….. memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …..”. Cita – cita tulus ibu pertiwi ini ternyata belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya hingga umur bangsa ini mencapai 66 tahun. Justru semakin banyak kemelut problematika dalam bangsa ini.
Para pejabat publik yang duduk – duduk manis di kursi panas DPR ternyata tidak bisa menjadi penyambung lidah rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, jikalau memang mereka membela hak rakyat yang sudah diamanahkan kepadanya pasti rakyat ini akan sejahtera dan makmur, tetapi sayangnya sampai saat ini kemakmuran dan kesejahteraan bagaikan mimpi di langit yang tidak dapat digapai, hanya angan – angan yang entah kapan dapat tercapai.
Ada yang salah dengan sistem pemerintahan ini?jelas sekali ada yang salah. Pelayan rakyat yang ada di kursi panasnya justru memikirkan keadaan dirinya tanpa memandang rakyat kecil sama sekali. Pemimpin karbitan yang sengaja diusung oleh suatu pertain demi kekuasaan golongan semata. Itulah realita yang dapat saya soroti dari pemimpin ibu pertiwi yang semakin tua ini.
Terbersit dalam ingatan saya tentang cerita teman saya mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia. Teman saya yang dari daerah Surabaya menceritakan bahwa di kampung halamannya di Surabaya banyak kematian yang disebabkan tidak terjangkaunya pelayanan. Unreachable. Ternyata APBN Indonesia 2011 untuk sektor kesehatan yang Rp 14.693,3 miliar (http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=903) belum dapat menjawab dan menyelesaikan masalah pelayanan yang semakin hari semakin rumit saja. Keadaan ini sangat jauh dengan UU No.36 Th.2009 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak utk memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sangat mengejutkan juga bahwa visi Indonesia sehat 2010 yang saat itu sangat digaungkan tampaknya masih jauh dari pencapaian. Salah satu contohnya ketersediaan tenaga kesehatan rasio dokter per 100.000 penduduk adalah 40, dokter gigi 11 dan bidan 100. (http://zubersafawi.blogspot.com/2009/02/menanti-realisasi-anggaran-kesehatan.html). Miris melihat data ini, bayangkan saja jika pada suatu daerah hanya ada 40 dokter sedangkan banyak warga yang harus di tangani, jelas masih banyak penduduk yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan tetapi tidak bisa ditangani dengan para tenaga medis yang ahli.
Selain pelayanan, jaminan sosial yang di janjikan oleh pemerintah yang tertera pada UUD pasal 28H ayat 3 Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”. Jaminan sosial nasional yang akhirnya di coba untuk direalisasikan pada dalam UU No.40 Th. 2004, tetapi sampai saat ini belum ada implementasi nyata dari pemerintah. Sepertinya memang pemerintah belum siap untuk melaksanakan undang – undang ini, pasalnya sampai saat peraturan turunan lainnya masih dalam tahap pembuatan draft.
kesehatan yang merupakan investasi bagi negara ( UU No.36 Th 2009 ) nyatanya benar – benar di pelihara seperti sebuah investasi. Semestinya jika kesehatan dapat dimaintenance dengan baik maka kita akan memiliki bangsa yang maju. Korelasinya adalah jika banyak orang yang sehat berati akan banyak tenaga kerja yang dapat bekerja sehingga kemiskinanpun akan semakin berkurang dan mereka yang berpenghasilan akan menyekolahkan anak ataupun saudaranya.
Lain lagi dengan sektor pendidikan. Pendidikan yang makin hari makin mahal membuat para kaum marjinal jelas putus sekolah. Bagaimana tidak, sekolah dengan kualitas terbaik menganggarkan biaya perbulannya hingga melebihi biaya perguruan tinggi padahal itu adalah sekolah negeri. Akibatnya warga yang sekolah di sekolah negeri murah memiliki kualitas berpikir yang berbeda. Realita yang ada memang seperti ini. jadilah semakin tinggi tingkat kesenjangan sosial di ibu pertiwi ini.
Program pendidikan 9 tahun yang dicanangkan pemerintah dengan cara pendidikan gratis, nyatanya masih ada pungutan di sana – sini. Sebagai contoh, sekolah dasar tempat saya bersekolah dahulu sudah mendapatkan biaya BOS, tetapi nyatanya masih ada pungutan sebesar Rp 10.000 untuk pendidikan komputer saat itu. Mungkin peristiwa ini dikarenakan APBN 2011 hanya sebesar Rp 95.599,6 miliar (http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=903 ) dan masih belum cukup juga, entahlah tetapi menurut saya kejadian ini dikarenakan adanya oknum yang memanfaatkan lahan ini untuk memperkaya dirinya dengan korupsi.
Sekolah dengan bertaraf internasional jauh melambung tinggi biaya pendidikannya. Bayangkan saja, untuk uang masuk pertama saja peserta didik bisa diminta sekitar Rp 20.000.000,00 per individu padahal sekolah negeri. Dijelaskan pula pada PP No.66 Th 2010 “Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju”. Jika seperti ini, apakah sekolah bertaraf internasional ini hanya untuk golongan menengah keatas? Kalau begitu, bagaimana dengan kaum marjinal yang ingin merubah nasibnya dan mengasah potensinya? Sangat ironi melihat kenyataan yang ada di negeri kita. Biaya pendidikan yang pada UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa pemerintah wajib membiayai biaya pendidikan warga negaranya tidak dilaksanakan dengan semestinya. Semakin terbentuklah kesenjangan sosial di bangsa ini.
Yang lebih ironi lagi adalah, ternyata banyak peserta dari kelurga menengah keatas yang menyekolahkan anaknya dengan “menyogok” ke sekolah yang ingin dituju dan bahkan ke Dinas Pendidikan. Keadaan ini benar – benar saya dapatkan pada teman saya. Kalau begini caranya, semakin buruk saja mutu dari pendidikan di Indonesia. Bukan saja dari sistem pendidikannya, tetapi juga dari kualitas guru, serta sarana dan prasarana sekolah.
Realitanya adalah banyak guru – guru baru yang menjadi guru karena tidak diterima dijurusan yang dimimpikannya berbeda dengan guru – guru lama yang memang mendedikasikan dirinya pada bangsa untuk menjadikan bangsa ini maju dan sejahtera.
Sebagai mahasiswa, kita harus dapat menjalankan peran kita dengan sebenar – benarnya. Menjadi agen perubahan, direct of change, pengendal moral dan juga iron stock. Agen perubahan dimana mahasiswa bisa menjadi seperti tahun 1966 dahulu, reformasi 1998, atau pada pengesahan BPJS 2011, agen perubahan Indonesia. Sebagai mahasiswa kita harus peka terhadap bangsa ini karna kita adalah generasi – generasi penerus yang membaharui Indonesia menjadi lebih baik. Direct of change dimana mahasiswa melakukan perubahan secara langsung tanpa menunggu wisuda. Perubahan dengan menggunakan intelektualitas.
Pengendali moral atau moral force, ini merupakan peran mahasiswa yang sangat penting dimana kita harus bisa menjadi agen – agen yang terus mengawal kebijakan dan jalannya sistem pemerintahan di negara ini. seperti perkataanya Soe Hok Gie “ Kita punya pemimpin,kita punya bapak yg kita akui sebagai funding father di negeri ini tetapi buat gw bukan berarti dia punya kekuasaan absolute untuk menentukan hidup kita, nasib kita apalagi kalau kita sadar ada penyelewengan, ketidakadilan. Kalau kita hanya menunggu, menerima nasib, kita tidak akan pernah tahu kesempatan apa yg sebenarnya kita miliki dalam kehidupan ini, sederhananya gw cuma ingin perubahan supaya hidup kita lebih baik”. terakhir, peran mahasiswa sebagai iron stock, dimana mahasiswa adalah sumber daya manusia investadi negara yang akan menjadikan negeri ini semakin maju dan lebih baik.
Intinya, saya sebagai mahasiswa tentunya tidak sendiri, bersama teman – teman, membuat perubahan pada kebijakan dan sikap pemerintah yang tidak pro rakyat serta tidak sesuai dengan konstituen serta mengawal pelaksanaan pemerintahan secara intens.

Leave a Reply

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
 
The Reformers © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here