Senin, 23 Januari 2012

Masalah Negeriku

0 komentar

Oleh: Windy

Beragam masalah negeriku yang rupanya tidak pernah menemukan kata buntu untuk membayang-bayangi kita semua sebenarnya bersumber satu hal yang sederhana, yakni ketidaksadaran. Mari kita lihat setiap masalah selangkah lebih dalam dan kita kerucutkan menjadi lebih sederhana. Masalah kerusuhan dan bentrok sosial  bersumber dari ketidaksadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya dalam kaitannya dengan kedudukan dan fungsi dalam masyarakat. Mereka menuntut kepemilikan tanah dan lahan mereka yang diambil oleh pihak tertentu namun mereka tidak sadar akan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai masyarakat untuk menjada keamanan dan ketertiban umum. Kemudian masalah korupsi yang kita tahu bahwa masalah yang satu ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Indonesia. Korupsi pun berpangkal dari ketidaksadaran akan pejabat publik bahkan hingga pemerintah bahwa mereka mengemban amanah yang sangat berat yang bersumber dan dibawa dari masyarakat Indonesia. Sebagai wakil rakyat atau pemegang kekuasaan lainnya, seharusnya mereka sadar akan posisi dan tanggung jawab mereka pada rakyatnya. Segala yang mereka korupsikan adalah hak rakyat, milik bangsa tercinta ini. Mereka tidak sadar seberapa besar penderitaan yang telah mereka timbulkan pada rakyatnya oleh kelakuan mereka yang mungkin mereka anggap itu adalah sesuatu yang lumrah dan bukan kesalahan. Lalu tak kalah pentingnya masalah peradilan di Indonesia. Akhir-akhir ini marak terjadi ketidakmerataan dalam penegakan hukum di negara kita. Masalah ini tercermin dari kasus-kasus pemberian hukuman atas pencurian ringan seperti pencurian sepasang sandal, setandan buah pisang, dan juga pencurian semangka yang baru-baru ini mencuat kasusnya. Semua bersumber dari ketidaksadaran aparat penegak hukum akan hak warga negara untuk mendapatkan kedudukan yang sama di hadapan hukum. Bahkan anak-anak di bawah umur pun akan diadili dengan hukuman yang tidak setimpal jika memang dia tidak “punya uang”. Berbeda dengan para pejabat dan pemegang kekuasaan lainnya, jika mereka korupsi, mereka hanya ditimpali hukuman ‘simbolis’. Bahkan tak jarang dari para terdakwa koruptor tersebut yang masih dapat berkeliaran menghirup udara bebas seperti tidak bersalah.
            Itulah sebabnya mengapa kesadaran penting dalam masa-masa kehidupan bangsa saat ini. Kesadaran dari semua pihak, baik individu, oknum, instansi dan lainnya. Saya mungkin tidak bias berbuat banyak sebagai mahasiswa FKM yang baru saja mengecap manis pahit kehidupan kampus selama kurang lebih baru empat bulan saja. Tapi saya punya mimpi besar. Dan salah satu yang bisa saya lakukan adalah dengan bergabung di Kastrat BEM IM FKM UI 2012
Read more...

Masalah Adalah Faktor Munculnya Solusi

0 komentar

Oleh: Elva Atma Anugerah
Secara umum penggambaran Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, hal tersebut bukanlah sesuatu yang asing  lagi untuk kita dengar sebagai masyarakat indonesia. Pemaknaan  kata “kaya”, Penempatan kata ini lebih cocok apabila kita sandingkan dengan beberapa permasalahan rumit yang ada di Indonesia. Negri yang kaya dengan koruptor, negri yang kaya akan jual beli pendidikan,  negri yang kaya dengan pengangguran, dan masih banyak lagi kekayaan-kekayaan Indonesia yang  sangat merugikan masyarakat Indonesia.
Permasalahan di Indonesia tentunya menjadi polemik hidup yang  harusnya diselesaikan. Dilihat dari berbagai aspek, Indonesia yang sekarang ini masih dikatakan jauh belum stabil. Mari kita lihat kembali kehidupan Indonesia sekarang ini.
Masalah ekonomi di Indonesia, merupakan aspek penting dalam sebuah negara untuk melihat sejauh mana kesejahteraan negara tersebut. Ekonomi yang bermasalah dapat mempengaruhi berbagai sektor seperti sulitnya pendidikan, menciptakan pengangguran, marakanya kemiskinan, keamanan, inflasi  terjadi dimana-mana, pembekakan hutang tiada henti, dan masih banyak lagi. Contoh pengangguran di Indonesia adalah salah satu masalah besar yang tak kunjung terselesesaikan. Jika dilihat pertumbuhan tenaga kerja sangatlah pesat, namun hal ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi karena mereka hanyalah menjadi pengkonsumsi dan bukan sebagai produktor lapangan kerja. Sehingga lama-kelamaan pekerjaan semir sepatu pun tidak lagi menjadi pekerjaan yang dibutuhkan, tetapi karena oranglah yang membutuhkan pekerjaan tersebut.
Masalah-masalah ini dapat kita saksikan sendiri karena masih menjadi bagian permukaan masalah di Indonesia. Menyelam lebih jauh lagi, dapat kita saksikan bobroknya sitem hukum yang diterapkan oleh pemegang  kebijakan, dan aparat penegak hukum. Lemahnya paradilan, intervensi kekuasan, hingga perlindungan hukum itu sendiri. Masalah bertubi-tubi yang dihadapi Indonesia seluruhnya bermuara terhadap permasalahan sosial yang pelik. Rendahnya tingkat pendidikan salah satu faktor pemicu terjadinya kemiskinan, tingkat kesehatan menjadi rendah dan tingkat kriminalitas juga bertambah.  Yang  jadi pertanyaannya adalah, siapa bersalah terhadap hal ini ? pemerintah atau masyrakatlah yang harus disalahkan.
Kedua belah pihak mempunyai andil masing-masing dalam status kehidupannya, tinggal bagaimana pencapaian dan penempatan solusi yang bijak harus dioptimalkan. Pemerintah memiliki peran yang cukup besar dalam pelaksanaan ketatanegaraan untuk menuju keadaan negara yang stabil. Perbaikan sistem hingga moral adalah hal konkrit yang harus dilaksanakan.  Negara yang makmur bukanlah negara yang kaya hanya dimata dunia saja, seperti yang baru-baru ini terjadi, Indonesia yang notabenenya adalah negara berkembang, sedang mengalami kemajuan dalam dunia internasional. Jika ditelaah lebih jauh lagi, upaya pemerintah yang menutupi-nutupi “krisis” yang terjadi di indonesia sangatlah sempurna. Sejauh ini masysarakat Indonesia khususnya masyarakat menengah kebawah tidak merasakan perubahan yang signifikan. Pengintimidiasian masih saja menjadi masalah besar bagi rakyat kecil.
Kejadian tersebut  akan menanyakan dimana peran mahasiswa. Mahasiswa adalah sebagai penyalur atau jembatan yang seharusnya menyuarakan aspirasi rakyat, khususnya rakyat yang tertindas. Sebagai mahasiswa, tuntutan kepedulian terhadap permasalahan  yang dihadapi oleh bangsa adalah hal wajib. Kita tidak bisa hanya menutup mata dan membiarkan pengimplementasian kekuasaan yang semena-mena. Cukup sulit menghilangkan kemiskinan di Indonesia dengan jumlah sebanyak 230 jiwa tanpa terkecuali. Namun upaya untuk mengurangi hal ini menjadi sekecil mungkin bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan.
Begitu halnya dengan mahasiswa tidak adalah upaya yang dilakukan hanya bermakna sia-sia bagi rakyat, apapun bentuknya yang bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Terpikirkan bahwa apa upaya terbesar yang mampu menggoyahkan kedudukan para pemegang kekuasaan agar dapat melihat dan menyelesaikan permasalahan yang sedang menimpa rakyat.
Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang tercerdaskan, dihadapkan dengan kenyataan bahwa kita memang menjadi bagian dari pembuat perubahan. Sebagai mahasiswa usaha kecil bukanlah tidak ada manfaatnya, namun sejauh mana keintensifan kita untuk melakukannya. Roman picisan yang diumbar-umbar pemerintah setidaknya tidak membutakan dan membuat kita lengah dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja  pemerintah.
Fungsi utama mahasiswa adalah belajar dan mengamalkan ilmu yang didapatkan. Tidak perlu menunggu ilmu yang belimpah kita dapatkan, tapi bagaimana ilmu yang sedikit itu mampu bermanfaat, dan kontribusi nyatalah yang dibutuhkan. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa tidak ada usaha kecil yang sia-sia jika itu bernilai manfaat. Tinggal bagaimana kita mengumpulkan kekuatan dari usaha yang kecil itu menjadi sebuah tindakan besar yang mampu mengubah masalah menjadi solusi. Contoh kecil yang dapat kita lakukan “mencerdaskan kehidupan bangsa” seperti yang tertera dalam pembukaan UUD 1945. Bukanlah sesuatu yang mustahil apabila kita juga turut didalamnya, mengingat sistem pendidikan di Indonesia yang baru-baru ini saja marak tentang pendidikan yang berorientasi terhadap materil. Sehingga banyak masayarakat kecil tak mampu menjangkaunya.
Oleh karena itu kesadaran terhadap pentingnya menanamkan rasa kepedulian dan kecintaan yang tinggi terhadap bangsa adalah hal utama sebagai langkah awal untuk menjemput perubahan yang kita buat sendiri atas nama mahasiswa, sehingga dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan negara tersebut.
Sumber                : www.google.com
Read more...

Aku, Mahasiswa!

0 komentar

Oleh: Eva Mutia Ghofarany

Aku rakyat Indonesia. Aku rakyat Indonesia. Aku rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia yang sejatinya haus akan kesejahteraan negeri. Rakyat Indonesia yang sudah muak dengan pembohongan publik. Rakyat Indonesia yang tidak mampu bertahan dengan segala permasalahan negeri. Rakyat Indonesia yang tidak mau lagi berharap. Rakyat Indonesia yang hanya dijadikan alat. Rakyat Indonesia yang hanya hidup, bertahan dan mati.

Aku rakyat Indonesia. Negeriku ini terisi penuh oleh permasalahan. Semua bidang turut menyumbangkan permasalahan seakan tak rela apabila tak seimbang. Mulai dari ekonomi, politik, agama, bahkan pemerataan penduduk seakan berlomba lomba untuk memperparah keadaan negeri.

Ekonomi. Hal mendasar yang menjadi sumber permasalahan negeri. Rakyat rela melakukan apa saja demi sekedar mengisi perut mereka. Akal yang lihai berfikir bagaimana mendapatkan uang secara mudah sehingga muncul kejahatan. Kejahatan ini seakan hal yang biasa karna dilakukan di semua tingkatan ekonomi masyarakat.

Politik. Hal terhina dan mematikan yang lagi-lagi dikarenakan uang. Uang dan kedudukan yang membutakan mata hati pemimpin Indonesia sehingga melupakan amanah dari rakyatnya. Pemimpin yang mengelabui rakyat dengan janji manis yang tak kunjung terealisasikan.

Agama. Hal suci yang dibuat menjadi hina karena seakan mencari pengikut sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Hal riskan yang membuat perpecahan di masyarakat. Dan dengan segala kesensitivitasannya, topik agama telah sukses menumpahkan banyak darah orang yang tak berdosa.

Pemerataan penduduk. Hal dasar yang menjadi kunci kesejahteraan masyarakat. Apabila pemerataan penduduk berhasil maka kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat. Segala anak permasalahan seperti transportasi, sanitasi, pembuangan sampah, lapangan pekerjaan dan lain-lain pun dapat teratasi.  Namun pemerataan penduduk masih mustahil terjadi secara total di negeriku ini.

Aku mahasiswa. Aku mahasiswa. Aku mahasiswa. Mahasiswa yang sejatinya adalah pemuda bangsa. Mahasiswa yang sejatinya adalah penerus bangsa. Mahasiswa yang seharusnya dapat menjembatani aspirasi masyarakat dan mengadvokasi kebijakan pemerintah. Mahasiswa yang dengan idealismenya dapat membantu sesama. Mahasiswa yang dengan ketidakterikatannya kepada sistem dapat bergerak bebas menyelamatkan bangsa. Mahasiswa yang dengan kekritisan dan pola pikirnya dapat mencium dan membantu menyelesaikan permasalah negeri.

Aku mahasiswa. Aku berstatus siswa dengan tambahan kata maha, yang berarti lebih segalanya dari siswa biasa. Dengan segala permasalahan di negeriku, akan sangat tidak bergunanya aku apabila aku hanya diam. Aku dengan status mahasiswa ku ini tidak boleh diam melihat ketidaknormalan di negeri ini. Namun aku tidak berani berdiri dan berkata “aku disini karna aku dibutuhkan, aku disini untuk rakyat”, karna itu hanyalah semu dan omong kosong. Menurutku, mahasiswa seakan korek api yang dapat menyalakan api semangat melawan ketidakbenaran yang peranannya akan sirna apabila ditiup oleh pemerintah. Tidak berkuasa namun gigih melawan semua.

Aku bukanlah mahasiswa hebat. Belum mempunyai tingkat pemikiran dan kepedulian tinggi.   Dan mungkin apa yang akan aku lakukan untuk negeriku hanyalah setitik tinta yang tidak merubah apapun. Hal yang akan aku lakukan mungkin tidak akan mampu menolong dan menyelesaikan semua permasalahan negeri. Tapi aku berjanji dalam diriku, aku disini untuk menjadikan diriku berguna bagi orang lain dan menolong sesama. Entah apapun itu akan aku lakukan bila itu baik untuk semua. Karena sejatinya setiap manusia di ciptakan untuk menolong sesama. Dengan satu kata yaitu “semangat”, yang mengantarkan setiap langkahku untuk menghebatkan diri dan menuju perubahan sejati.
Read more...

Setitik Peranku untuk Indonesia

0 komentar
Oleh: Aina Ursila


Jika berbicara tentang permasalahan yang ada di negeri ini rasanya sangat sulit. Bukan karena negeri ini lepas dari permasalahan tapi karena banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh negeri ini dan telah mengakar. Permasalahan di negeri ini seakan tidak ada habisnya. Berita yang disuguhkan oleh media mayoritas menggambarkan tentang kekacauan negeri ini. Kelaparan, kemiskinan dan  kebodohan merupakan suatu hal yang biasa. Masyarakat sudah terlalu sering melihat realita sosial seperti itu dan yang ada di pikiran masyarakat adalah Indonesia akan tetap seperti ini dan tidak akan berubah nasibnya.

Keadaan Indonesia seperti ini dikarenakan karena lunturnya jati diri dan hilangnya karakter yang kuat sebagai Bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang kini tidak dijadikan lagi sebagai pedoman hidup bernegara melainkan hanya menjadi sebuah kalimat atau mungkin hafalan yang tidak mengandung makna. Sulit memang untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan mempunyai karakter yang kuat. Salah satu contohhnya adalah korupsi. Korupsi di sini bukan hanya ditujukan oleh satu kalangan saja namun di semua lingkup strata sosial yang ada karena korupsi dapat dilakukan oleh siapapun bagi yang mempunyai kesempatan. Korupsi dapat mengakibatkan banyak permasalahan di Indonesia. Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk mensejahterakan rakyatnya yang didapatkan dari pajak. Bukankah pajak tersebut itu dari rakyat untuk rakyat? tapi kenyataannya tidak seperti itu. Para pejabat negara hanya mementingkan dirinya sendiri dan hanya berpikir bagaimana cara menimbun uang bukan memikirkan kewajibannya yaitu rakyat.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan Sumber Daya Alam, namun kekayaan ini belum dapat terolah dengan baik dikarenakan kurangnya Sumber Daya Manusia. Banyak warga Indonesia yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengelola negeri ini namun hanya sedikit yang memilih untuk tetap setia dan dapat memajukan negeri ini. Materi yang ditawarkan di negara lain sangat jauh berbeda dengan Indonesia. Selain itu, masih banyak pula di Indonesia yang tidak tersentuh oleh pendidikan sehingga membuat SDM makin sedikit. Lantas, siapa yang akan mengelola Indonesia ini? Membiarkan orang-orang asing mengambil alih semua kekayaan Indonesia dan memperbudak si tuan rumah dengan upah yang tidak pantas dan memeras tenaga mereka? Hanya satu jawabannya yaitu TIDAK. Di sinilah peran saya sebagai mahasiswa dan generasi muda lainnya untuk mengeluarkan Indonesia dari permasalahan ini. Contoh kecilnya, mencari pegetahuan sebanyak-banyaknya untuk memajukan Indonesia supaya Indonesia tidak lagi hanya menjadi budak di tanah sendiri melainkan menjadi pemimpin di tanahnya.

 Tidak hanya ilmu pengetahuan yang harus dicari, melainkan menumbuhkan jati diri dan memiliki karakter yang kuat. Contoh kecilnya, sebagai mahasiswa yang memiliki karakter yang kuat tidak akan berpikiran untuk menyontek demi mendapatkan nilai yang bagus, yang dipikirkan adalah bagaimana proses untuk memperoleh nilai. Bisa dibayangkan jika para generasi mudanya saja hanya memiliki tujuan untuk medapatkan nilai bagus dan menjalankan cara-cara yang kotor beberapa tahun kemudian jika menjadi pejabat negara, ia akan menggunakan cara yang kotor pula hanya untuk mendapatkan materi. Sikap peduli juga  harus diterapkan sejak dini supaya kelak nantinya akan memikirkan nasib rakyat dan tergerak untuk memperbaiki keadaan sekitar dan tidak mementingkan ego semata. Tidak saya pungkiri, saya sebagai mahasiswa pun terkadang melupakan nilai-nilai pancasila dan saya masih belajar untuk memiliki karakter yang kuat. Tidak mudah memang. Di sini saya sedang tahap belajar pula untuk berusaha menjadi seseorang yang dapat berguna dan bukan menjadi beban negara. Saya pun sedang tahap membentuk karakter dan mencoba peduli dengan keadaan sekitar. Dengan begitu saya akan siap untuk menjadi agen perubahan untuk Indonesia yang lebih baik nantinya. Generasi muda sangat berperan dalam menyelesaikan permasalahan Indonesia ini. Mungkin permasalahan Indonesia memang banyak dan tidak akan selesai dalam jangka waktu yang cepat. Tapi saya yakin Indonesia bisa bangkit, Indonesia mampu dan Indonesia dapat mengubah semua keadaan karena memiliki Agent of Change yang berkualitas dan berkarakter. 



Read more...

Perananku Untuk Indonesia

0 komentar

Oleh: Natalya Kurniawati
 

Seperti yang kita telah ketahui bersama, tanah air kita, Indonesia adalah negeri yang kaya. Negeri yang melimpah sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Setelah hampir 67 tahun merdeka, Indonesia banyak mengalami berbagai hal baik itu kesulitan maupun kemajuan. Salah satu yang perlu diberikan perhatian oleh kita tentunya generasi muda adalah masalah kemiskinan dan jaminan sosial.

Tak jarang kita melihat pemukiman kumuh di tengah megahnya ibu kota. Masih banyak anak-anak terlantar, fakir miskin, dan orang-orang yang tidak memiliki penghidupan yang layak sehari-harinya. Sejauh ini pemerintah telah berusaha mengatasi berbagai permasalahan tersebut dengan membuat kebijakan yang nantinya diharapkan akan berpihak pada rakyat. Namun sekarang, pada kenyataannya rakyat masih harus menunggu dan menunggu kapan usaha-usaha tersebut akan benar-benar terealisasi.

Di negeri ini dan saat ini, saya adalah seorang mahasiswa. Individu yang kini telah meiliki gelar ‘maha’ tidaklah lagi sembarangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Kini, saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Tri dharma perguruan tinggi harus benar-benar dijunjuk oleh seorang mahasiswa. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Selain wajib dalam menuntut ilmu, sebagai seorang mahasiswa saya juga dituntut untuk melakukan fungsi penelitian. Menurut saya, penelitian di sini tidak hanya sebatas penelitian secara ilmiah saja, tetapi juga mencakup penelitian di lingkungan sekitar. Di sini saya berperan untuk meneliti apa saja masalah-masalah yang sedang berkembang di lingkungan sekitar, baik itu dalam lingkup fakultas, universitas, atau bahkan permasalahan yang lingkupnya nasional. Selain dituntut untuk lebih peka dan kritis terhadan perkembangan isu-isu sekarang dan mendatang, sebagai mahasiswa saya dituntut juga untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan-permasalahan tersebut. Mengikuti berbagai organisasi yang mencakup nilai-nilai pokok pergerakan di dalamnya menjadi suatu kebutuhan tersendiri bagi saya. Dalam organisasi tersebut, saya akan dibentuk dan saya sendiri akan membentuk diri menjadi individu yang mempunyai alur berpikir kritis, cerdas dalam menganalisis keadaan, serta dapat lebih tanggap terhadap kedaaan sekitar. Saya merasa di sanalah peran saya akan dibutuhkan dan kewajiban saya untuk menjadi bagian dari solusi itu akan tersalurkan.

Tidak cukup hanya penelitian. Fungsi yang terakhir adalah pengabdian masyarakat. Dalam fungsi ini, peran saya adalah seperti yang sebelumnya telah saya singgung, yaitu menjadi bagian dari solusi. Dalam organisasi yang telah dan akan saya masuki, saya akan melakukan fungsi pengabdian ini dengan berbagai cara, misalnya dapat berbentuk advokasi ataupun gerakan aksi turun kejalan serta propaganda, gerakan-gerakan seperti bakti sosial, serta mengikuti berbagai kaderisasi yang bertujuan selain untuk menjaga kedinamisan pergerakan mahasiswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepekaan terhadap lingkungan sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Dengan peran-peran saya saat ini dan tentunya tidak hanya sendirian saya melakukan peran-peran tersebut, diharapkan pada masa yang akan datang negeri ini dapat hidup jauh lebih baik dan lebih makmur.
Read more...

KORUPSI MEMBELIT NEGERI: WAKTUNYA BERGERAK

0 komentar

Oleh: Aulia Khairina

Jika kita ditanya mengenai masalah di Indonesia, jawaban yang muncul akan terus mengalir terus-menerus. Masalah di negeri ini memang tidak ada habis-habisnya. Mulai dari tawuran mahasiswa, bentrok antar warga, terorisme, kemiskinan, kelaparan, kriminalisme, pelayanan kesehatan yang buruk, dan masih banyak lagi.  Namun, ada satu masalah yang benar-benar sulit diselesaikan, penanganan terhadap masalah tersebut sudah dilakukan akan tetapi masih belum cukup, masalah tersebut seakan-akan sudah mengakar dan mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia: korupsi.

Secara etimologis, korupsi (korruptie, Belanda) berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, penyuapan (riswah, Arab), penggelapan, kerakusan, amoralitas dan segala penimpangan dari jalur kebenaran. KBBI mendefinisikan korupsi sebagai penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dsb.) untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Dalam konteks politik, korupsi berperan saat seseorang menyelewengkan kewenangan atas jabatan yang dimilikinya, seperti penyalahgunaan anggaran sosial, pembangunan dan lain sebagainya.

Meskipun Indeks Prestasi Korupsi (IPK) di Indonesia meningkat dari 2,0 menjadi 3,0 pada tahun 2011, faktanya masih banyak kasus korupsi yang belum jelas penyelesaiannya. Dari 1.323 kasus korupsi yang dilaporkan pada tahun 2011, jumlah kasus yang telah diputus sebanyak 755. Jumlah kasus ditangani pada tahun 2011 memang meningkat, namun sayangnya, kerugian negara masih sangat besar.

Ada beberapa  sebab mengapa korupsi masih sangat sulit diberantas di Indonesia, antara lain:
1.       Sumber daya manusia yang rendah, terutama dari segi moral.
2.       Budaya Indonesia yang memicu berkembangnya budaya korupsi.
3.       Sistem pemerintahan yang rawan dan memberikan peluang untuk korupsi.
4.       Penegakan hukum yang masih sangat lemah.



1.       Sumber daya manusia yang rendah, terutama dari segi moral.

Tidak bisa dipungkiri, penyebab utama maraknya budaya korupsi di Indonesia tak lepas dari bobroknya akhlak bangsa ini sendiri. Mental oportunis membuat sebagian besar orang cenderung ingin kaya dengan jalan pintas, menyulitkan orang lain untuk memudahkan urusan pribadinya. Menanamkan perilaku yang bersih, jujur, dan bertanggung jawab tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tanpa kesadaran penuh dari setiap individu, korupsi masih akan tetap menjadi masalah pelik yang tak teratasi.

2.       Budaya Indonesia yang memicu berkembangnya budaya korupsi.

Indonesia sebagai negara timur yang penuh tata karma dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan memiliki budaya yang dapat menyuburkan budaya korupsi. Kebiasaan memberihadiah untuk mengucapkan terimakasih kepada seorang yang memiliki jabatan atas bantuan yang telah ia berikan lama-kelamaan berkembang menjadi cikal-bakal korupsi dimasa kini. Hal-hal demikian telah dianggap biasa oleh orang Indonesia.

3.       Sistem pemerintahan yang rawan dan memberikan peluang untuk korupsi.

Pemusatan anggaran di pemerintah pusat membuka peluang besar bagi korupsi. Sistem sentralisasi keuangan  menyulitkan pemerintah daerah untuk mengambil dana bagi proyek di daerahnya, sehingga daerah cenderung “berlomba-lomba” mendapatkan dana  secepatnya dengan mengahalalkan berbagai cara. Di samping itu, birokrasi yang berbelit-belit semakin memudahkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan pribadi dengan menyalahgunakan kekuasaannya.

4.       Penegakan hukum yang masih sangat lemah.

Hukum di Indonesia masih belum tegak, sampai sekarang masih bisa diperjuabelikan. Dalam kasus korupsi, terkadang hukuman yang diberikan sangat tidak sesuai dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka. Hukuman tersebut terlalu ringan sehingga tidak memberikan efek jera kepada para pelaku.

Untuk mengatasi masalah korupsi, seorang mahasiswa memang tidak bisa memberikan perubahan besar. Tetapi sekelompok mahasiswa dapat memberikan perubahan berarti. Untuk itu, saya perlu meniti perjuangan dari nol, mulai sekarang. Bergabung dengan Kastrat BEM FKM UI  adalah salah satu jalan bagi saya untuk berperan dalam mengatasi masalah tersebut? Bagaimana caranya? Melalui kajian-kajian yang dilakukan oleh Kastrat, saya akan memberikan ide dan pemikiran saya  untuk mencari solusi masalah-masalah ini. Bukan hanya masalah korupsi, melainkan juga masalah kesehatan, kkesejahteraan, keamanan, politik, dan sebagainya. Di samping itu, saya juga bisa memberikan kontribusi dengan menjadi penyambung lidah rakyat pada perwakilan mereka di Senayan, dan ikut serta membela kepentingan mereka.

Peran kecil tersebut akan terus berkembang seiring waktu dan usaha keras yang akan saya lakukan. Hal yang paling penting adalah menanamkan idealisme pada diri sendiri, dan memulai semuanya dari diri sendiri. Sesudah memulai dengan diri sendiri, maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengajak orang lain turut bekerja sama demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Sudah waktunya bagi !kita untuk kembali bergerak melawan korupsi!


Sumber:
Read more...

PEMUDA: PANTASKAH AMANAH NEGARA KAU TERIMA?

0 komentar

Oleh: Ahmad Saribi Adi Putra

Selamat datang pejuang muda.
Selamat datang pembaharu peradaban.
Sontak hati bergetar membaca kalimat ini. Kalimat ini dituliskan dengan penuh keyakinan di kertas OKK UI 2011. Sebuah kalimat yang sarat makna dan bingung bagaimana harus menyikapinya, harus yakinkah? Ditengah kebimbangan hati yang tak dapat dihindari dan tak pelak terus menggelayuti pikiran ini. Bagaimana tidak, di era globalisasi seperti saat ini? Ditengah fakta buruk yang terjadi? Dan ditengah kurangnya sosok panutan bagi pemuda-pemudi pertiwi? Akankah bisa? Dan pantaskah amanah Negara ini kami (pemuda red) terima?
            Pemuda, di pundak engkaulah amanah Negara dibebankan. Di pundak engkau  jualah cita-cita dan harapan bangsa diberikan. Pemuda menjadi tumpuan bagi masa depan bangsa. Pemuda yang baik sudah barang tentu akan memberikan dampak yang baik pula bagi bangsanya dan menjadi penentu keberlangsungan serta eksistensi bangsanya di masa mendatang. Tetapi baik belum tentu benar. Di zaman globalisasi seperti saat ini, banyak terdapat orang baik tapi tak berakal. Banyak orang berakal tapi tak beriman. Ada orang yang berlisan bijak tapi tak memberi teladan. Ada orang yang berilmu tapi tak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi membodohi, ada yang bodoh tapi tak tahu diri. Ada yang beragama tapi tapi tak berakhlak namun ada juga yang berakhlak tapi tak bertuhan. Semua tercermin pada problematika remaja di era saat ini.
                Ini merupakan era modern, era yang penuh dengan teknologi canggih luar biasa (extraordinary technology). Memudahkan semua orang untuk melakukan berbagai aktifitas, interaksi, antar sekolah, daerah, atau bahkan antar negara sekalipun akan sangat mudah untuk menjangkaunya. Informasi pun mudah didapat, tidak perlu menunggu jam tayang berita di televisi, cukup dengan duduk manis di depan komputer, mengklik informasi apa saja ingin kita ketahui. Masih banyak lagi kecanggihan yang ada pada era ini, semuanya memudahkan kita dalam melaksanakan kegiatan.  Inilah era modern ibarat doraemon dengan kantong ajaibnya.
            Perkembangan iptek yang begitu cepat saat ini berdampak positif terhadap bangsa ini, termasuk para kawula muda, khususnya yang masih mengenyam dunia pendidikan lembaga formal, seperti sekolah ataupun kampus. Pembelajaran yang akan disampaikan guru atau dosen dapat kita cari dengan mudah, tidak perlu membawa buku yang terkadang tebal juga berat. Dengan teknologi yang ada informasi begitu cepat disampaikan, dengan bantuan media-media milenium yang berkapasitas jempolan inilah informasi akan sangat mudah disebarkan.
            Namun, dengan perkembangan teknologi ini juga sebagai awal perusak identitas bangsa yang makin menenggelamkan bangsa. Bangsa kita telah menasbihkan diri sebagai bangsa timur. Itu dulu. Dulu tak sama dengan yang terjadi pada masa sekarang. Disadari atau tidak, sesungguhnya bangsa kita telah menasbihkan diri sebagai bangsa berwajah timur nan sopan dan menarik perhatian, namun berperialku ala barat yang terkadang memalukan dan merusak citra ketimuran yang selama ini diperjuangkan. Berbagai kerusakan terus saja terjadi di bumi pertiwi ini, dan pemudalah yang menjadi mangsa terempuk sang raja modern globalisasi ini.
           Di lain sisi, peningkatan keegoisan para pemuda makin tinggi, permasalahan pemuda makin hari makin bertambah, dan disetiap tahunnya terus meningkat. Masih segar di ingatan kita, bagaimana aksi para mahasiswa yang katanya komunitas para intelektual mengamuk dengan memblokir jalan di Makasar. Bayangkan jika orang yang sedang memiliki kepentingan mendesak terperangkap dalam situasi tersebut, misalnya keluarga yang sedang membawa anaknya yang sedang sakit yang seharusnya cepat ditangani oleh tim medis. Tindakan pemblokiran ini bisa memperparah kondisi anak atau bahkan dapat merenggut nyawa seseorang bila keadaannya telah kritis. Belum lagi kepentingan masyarakat yang tentunya dari berbagai macam golongan yang pasti akan sangat terhambat.
            Di lain tempat terjadi pula tawuran antar mahasisiwa yang mengakibatkan pengrusakan fasilitas kampus, atau para pelajar setingkat SMA yang membuat keributan sehingga meresahkan masyarakat, merusak fasilitas umum, hingga terjadinya korban yang tewas dengan sia-sia.
            Belum lagi kasus perkelahian, kebut-kebutan, mencuri, hubungan seks pra-nikah, berjudi, mabuk-mabukan, pemerkosaan, hingga pembunuhan pun pernah terjadi dengan frekuensi yang semakin memilukan.
            Akibat yang ditimbulkan pun meluas, mulai dari keluarga atau lebih spesifik kepada orang tua yang merasa menjadi pihak yang paling tertunduk malu akibat perbuatan sang anak, terlebih jika anak memiliki masalah yang besar. Kerugian materil ataupun ketidaknyamanan akan selalu menghantui mereka, walaupun mereka bukanlah pemeran utama dalam cerita ini. Kedua adalah rusaknya fasilitas umum yang  menjadi korban bisu aksi para penantang maut yang berhati batu. Selanjutnya pemerintahlah atau secara luas adalah bangsa ini akan merugi karena telah melahirkan generasi yang tak mempunyai pemikiran terhadap nasib serta martabat negara ini. Sungguh kejamnya kehidupan generasi muda di era ini, jauh berbeda akan norma dan nilai serta identitas bangsa ini sendiri. Keperhatinan yang sungguh luar biasa mengingat persaingan bangsa ke depan akan semakin ketat dan berat, tapi sekarang justu kader masa depanlah yang menjadi pengrusak bangsa. Bagaimana nanti jika tiba saatnya mereka memimpin barisan dengan panji Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keraguan lebih condong daripada keyakinan yang hampir setiap orang merasakannya saat ini.   
            Aku sejenak berpikir dengan keaadan pemuda negaraku yang katanya adalah para generasi penerus bangsa, tulang punggung negara, generasi harapan untuk menuju “Indonesia Emas”. Apakah ini calon pemimpin-pemimpin negara yang akan mengemban amanah rakyat di masa mendatang? Pantaskah? Pantaskah?. Sejenak batinku bergetar, ingin rasanya menyeruh kata bangkit kepada generasi sebayaku yang telah terlanjur jatuh dalam kelamnya perilaku yang mengkhawatirkan bangsa. Sejenak aku juga teringat akan prestasi rekan-rekanku yang berhasil bersaing di kancah internasional. Tapi jumlah mereka yang berprestasi itu jauh lebih sedikit dibanding rekan-rekanku yang terjerat akan pedihnya gejolak dunia pemuda.
         Pertanyaannya sampai kapan kita harus menunggu akan perubahan sikap dan kepedulian para pemuda kita?. Pertanyaan yang sulit untuk diterka oleh siapapun karena memang persoalan ini terlalu kompleks dan terlampau jauh dari kestabilan yang diharapakan. 
            Untuk itu marilah kita simak sebuah kata pribahasa yang juga selaras dengan hukum alam yaitu, “ada asap pasti ada api”. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebobrokan pemuda bangsa ini pasti mempunyai sebab musabab yang menimbulkan keresahan para kalangan pengamat serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Wajar jika hampir semua elemen merasa resah akan kondisi seperti ini. Karena memang pemuda saat ini adalah pemimpin dimasa mendatang.
           Kembali kepada pribahasa tadi, mungkin dapat kita telaah sacara seksama penyebab dari keadaan pemuda bangsa kita saat ini. Pertama adalah faktor dari dalam pemuda itu sendiri, maksudnya adalah bagaimana caranya agar para pemuda kita dapat kembali mengontrol emosi yang labil, lebih berpikir bijak dan dapat mengendalikan dirinya dari perilaku yang dapat mengkhawatirkan orang tua atau secara umum masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu marilah kita telusuri sebab-sebab yang dapat mempengaruhi secara negatif perilaku pemuda, mulai dari usia dini hingga akhirnya terlahir menjadi seorang pemuda.
Orang tua, sering lupa bahwa perilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas dari contek-menyontek perilaku yang pernah ada sebelumnya, terlebih perilaku orang tua. Atau yang sering kita dengar adalah kata-kata bahwa “buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya”. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Sikap orang tua yang acuh terhadapa anaknya  berakibat negatif dan mengarah kepada kenakalan yang membiasa. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani generasi atau maksudnya adalah para kalangan anak ingin menghimbau jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari kami berkata jorok, tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai harta belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.
Kepada para orang tua harus dapat merenungi bahwa kenakalan tak selalu identik dengan remaja, tapi justru banyak kenakalan yang dilakukan oleh para orangtua yang akhirnya juga menjadi inspirasi remaja untuk berbuat nakal. Menyedihkan memang!.
Dapat kita uraikan bagaimana kenakalan orang tua di kalangan keluarga seperti bersikap kasar dan kekerasan yang kerap terjadi, atau seperti kalimat di atas yaitu bersikap acuh terhadap sang anak sehingga menimbulkan psikologi anak menuju kearah negatif yang nantinya akan berakibat buruk bagi anak ataupun orang tua.
Selanjutnya adalah lingkungan yang perlu kita soroti, seperti banyaknya masyarakat yang berpoya-poya, atau mabuk-mabukan, menyediakan sarana kemaksiatan, misalnya, jadi bandar narkoba, jadi bandar judi, menyediakan tempat hiburan (diskotik). Bayangkan saja begitu banyaknya tempat hiburan malam di negeri ini, sampai lokalisasi terbesar se Asia Tenggara pun ada di negeri ini.
Pendidik yang lalai, ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal lembaga pendidikan adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pengetahuan atau belajar, tapi kenyataannya banyak pendidik yang memberikan contoh yang tidak baik terhadap anak didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya secara fisik, menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa pendidikan yang mencuat seperti pendidik yang hanya mementingkan materil daripada kewajibannya yang seharusnya menjadi tanggung jawab para pendidik.
Selanjutnya perlu juga kita garis bawahi peran media, baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet yang menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak seperti pornografi, kekerasan, dan seks bebas yang mengganggu kejiwaan anak. Para pemilik media pun berdalih atas nama bisnis.
 Sehingga lingkungan seperti ini dapat menyebabakan kendali anak sulit untuk mengembangkan jiwanya. Hingga akhirnya terkena dampak negatif dan tumbuh sebagai pemuda sampah yang hanya membuat masalah bangsa yang telah dilanda banyak konflik ini.
Faktor lain yang membuat pemuda menjadi ibarat sampah adalah pemerintah yang suka korupsi, mengambil kebijakan menaikkan biaya pendidikan tapi tak sesuai fasilitas yang didapatkan para pelajar, mahalnya biaya kesehatan, suka membuat janji-janji tapi lalu melupakannya, suka melakukan pungli atau suap menyuap, suka melanggengkan kemaksiatan, memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian, tempat diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya. Serta menutup mata terhadap masalah yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian, narkoba, peredaran minuman keras, diskotik, dll.
 Lebih mementingkan materil daripada kerakyatan yang membuat pemuda muak akan situasi yang tak kunjung membaik ini. hingga akhirnya terjadi peristiwa pengepungan gedung DPR atau pengrusakan kantor pemerintahan di berbagai wilayah di Indonesia sebagai bukti kekecewaan yang membludak.
Memang tidak sepenuhnya kesalahan pemuda tapi banyak faktor yang mempengaruhi. Akibat dari tindakan di atas, maka terjadinya degradasi moral, degradasi rasa cinta tanah air, rasa percaya diri, dan masih banyak lagi berbagai macam degradasi yang dialami pemuda saat ini.
Kejadian kejadian seperti saat ini bila kita telusuri pelakunya adalah para pemuda atau remaja yang tidak mempunyai pekerjaan atau kesibukan yang positif sehingga memberikan kesempatan otaknya untuk berpikir negatif. Tetapi ada pula yang disebabakan atas dasar kekecewaan terhadap pemerintahan yang condong tak prorakyat, banyaknya penyelewengan wewenanang yang dilakukan aparat pemerintahan menjadi salah satu faktor penyebab pemuda menjadi beringas. Tapi terlepas dari berbagai faktor yang menyebabakan keaadan pemuda bangsa ini, dikemudain hari pemuda inilah yang akan menjadi pemimpin, yang akan membawa bangsa ini dibarisan terdepan.
Pantaskah pemuda saat ini menjadi orang terdepan yang akan membawa bangsa ini?. jawabanya adalah masih ada waktu untuk memeperbaiki keadaan, masih ada harapan, masih ada celah yang dapat dimanfaatkan untuk membangun kembali keadaan yang stabil atau bahkan dapat membawa perubahan yang berkelanjutan hingga akhirnya kelak pemuda bangsa ini dapat diandalkan sebagai orang terdepan yang menggerakkan harkat dan martabat bangsa ini.
Bagaimana caranya? Perbaikan diseluruh elemen harus diterapkan sesegera mungkin, agar kepercayaan pemuda kembali terangkat. Mulai dari orang tua ataupun anggota keluarga, lingkungan, pendidikan di sekolah atau kampus, serta kebijakan dan sikap pemerintah.
Pertama yaitu orang tua atau anggota kelurarga, bersikap lebih baik, menasihati anak jika terjadi kesalahan (bukan dengan kekerasan), berlandas kepada agama dalam mendidik, serta terlebih dahulu memberikan contoh terhadap anak, maka sang anak pun akan mendapatkan pendidikan moral yang dapat menjadi modal dikala ia akan beranjak dewasa dan pada akhirnya dapat diandakan dimasa mendatang. 
Kedua adalah lingkungan sekitar para anak ataupun remaja dan pemuda harus lebih disterilkan dari pengaruh negatif seperti diskotik, lokalisasi yang dapat kita usulkan kepada pemerintah agar lebih selektif dalam pembuatan prostitusi.  Perundingan dapat dilakukan mulai dari kepala desa di masing-masing desa, lalu selanjutnya merambah ke tingkat yang lebih tinggi, hingga tingkat nasional yang mempunyai wewenang serta kedudukan dalam menetapkan kebijakan.
Ketiga yaitu pendidikan di sekolah dan kampus, para pendidik haruslah lebih mengedepankan kewajiban daripada materil walaupun mutlak seluruh elemen membutuhkan yang namanya materil. Jauhkan dari tindak kekerasan dalam mendidik, berikan pembelajaran yang baik, ajaklah atau seruhkan kepada pelajar untuk meningkatkan kedisiplinan dalam belajar maupun dalam segala macam tindak perilaku, ciptakan suasana rasa mencintai sekolah, kampus, serta rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Berikan motivasi yang mendalam dan secara berkelanjutan, serta berikan contoh yang baik terhadap para penuntut ilmu maka insyaAllah akan terlihat perubahan yang kita inginkan.
Keempat yaitu titik yang paling sentral untuk melakukan perubahan yaitu pemerintah itu sendiri. Karena memang kekuasaan dan kebijakan berada di tangan mereka. Pemerintah haruslah ingat kepada tugas mereka, tidak hanya asal janji lalu melupakannya, tidaklah menyelewengkan kekuasaan seperti KKN yang kerap terjadi di negeri ini. Kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan demi peningkatan mutu para generasi penerus bangsa. Pelaksanaan prostitusi atau lokalisasi dan diskotik harus lebih diperketat atau bahkan ditutup sekaligus agar keburukan yang ditimbul dari tempat tersebut lambat laun akan melenyap.
 Terakhir yang perlu dicatat yaitu adalah keinginan untuk bangkit para pemuda, timbulkan jiwa cinta tanah air, berikan yang terbaik bagi bangsa yang telah membesarkanmu. Berperilakulah yang membanggakan, berprestasilah setinggi-tingginya, patuh terhadap instruksi hati kecilmu, orang tua, peraturan perundangan, serta agama. Tunjukkan bila pemuda saat ini adalah pemuda yang dapat diandalkan, tahan banting akan gelombang modern globalisasi yang saat ini telah membanjiri dunia termasuk Indonesia. Bagi para pemuda yang saat ini menganggur, isilah waktumu dengan kegiatan, atau pikirkanlah apa yang sebaiknya anda lakukan, sehingga pada saatnya nanti dapat membanggakan orang tua, keluarga, bangsa, dan negara.
Semoga kepada seluruh elemen termasuk pemuda dapat bersikap seperti yang diharapkan, hingga akhirnya bangsa ini dapat tentram dan tenang akan masa depannya karena memiliki pemuda yang ideal sebagai kader pemimpin di masa mendatang.
Dan jika pada akhirnya ada pertanyaan, pantaskah amanah Negara ini kau terima wahai pemuda? maka dengan serempak kita dapat menjawab, PANTAS !!!.
Selamat Berjuang !!!
Read more...

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
 
The Reformers © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here